Umpak Songo Yang Terlupakan Muncar Banyuwangi

     Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, memiliki situs sejarah yang diyakini berkaitan erat dengan kerajaan Blambangan. Sebut saja seperti situs Umpak Songo. Situs Setinggil. Bale Kambang dan Gumuk Sepur.
     Selain situs-situs itu, tak terhitung pula banyak  warga yang menemukan berbagai benda-benda purbakala, aneka keramik,patung, uang kuna dan segala benda yang berkaitan sebagai petujuk adanya kehidupan masa kuna. 
    sayangya kekayaan sejarah itu dalam kondisi yang menghawatirkan. Keberadaan situs-situs terancam oleh tingkah laku manusia yang mengubah fungsinya menjadi pemukiman dan pertanian. Benda-benda purbakala juga diperjual belikan secara bebas. namun kita belum melihat adanya perhatian dari Pemerintah Banyuwangi.
    Dari banyaknya situs sejarah di Kecamatan Muncar. penulis hanya menekankan pada situs Umpak Songo, yang terletak di desa Tembokrejo. Muncar Banyuwangi.  Situs Umpak Songo salah satu situs peninggalan jejak fisik kehidupan kuna. Situs Umpak Songo terdiri dari puluhan batu-batu besar yang tertata rapi membentuk persegi. Batu-batu itu ada yang berlubang ditengahnya ada yang pepat. 
     Disebut Umpak Songo berasal dari kata Umpak yang berati penyangga dan songo berati sembilan. sehingga umpak songo berati pula penyangga yang berjumlah sembilan. Nama Umpak Songo diambil setelah ditemukanya batu besar yang berlubang ditengahnya, Lubang inilah yang digunakan untuk menancapkan bangunan. 
    Juru kunci situs Umpak Songo, Mbah Soimin bercerita sekitar tahun 1916 seorang bernama Mbah Nadi Gede dari Yogyakarta membabat tempat ini, tempat ini awal mulanya adalah hutan, setelah dibabt terlihatlah situs ini, 
    Tahun 1928 datang seorang raja dari Solo, Mangku Bumu IX yang mengungkapkan bahwa tempat yang ditemukan Mbah Nadi Gede itu merupakan sisa-sisa kerajaan Blambangan, Mangkubumi IX yang kemudian datang memberikan nama Umpak Songo. 
    Ketika Kerajaan Blambangan masih berjaya, situs seluas 30x20 meter ini diyakini berfungsi sebagai tempat untuk merundingkan segala sesuatu strategi perang yang akan digunakan untuk menyerang kerajaan lain. dulu tempat ini adalah pusat kerajaan Blambangan. Kata Soinim keturunan ketiga Mbah Nadi Gede.
    Menurut Penelitu dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Sri Margana, ibu kota kerajaan Blambangan dulunya berpidah sampai enam kali. Muncar, menjadi ibu kota pemerintah terakhir sebelum akhirnya dipindahan ke kota Banyuwangi (Majalah Tempo, 13 September 2010).
     Perpindahan ini akibat mewabahnya penyakit yang menyerang ibu kota Blambangan sebelumnya di Lateng (Rogojampi). Alasan lainya Muncar dianggap strategis karena memiliki Pelabuhan Pampang, sebuah pelabuhan Internasional yang ramai dikunjungi pedagang dari luar daerah. Namun karena akhirnya penyakit itu menular dan mewabah, ibu kota Blambangan yang saat itu dipimpin Mas Alit, Pindah ke Banyuwangi 21 September 1774.
    Puncak keramaian situs Umpak Songo adalah ketika hari raya Kuningan. Banyak umat Hindu yang datang berkunjung untuk melakukan persembahyangan .dan setiap Sabtu Pahing, warga sekitar Umpak Songo menggelar ritual berupa tirakatan semalam suntuk, Ritual ini digunakan untuk meminta berkah keslamatan.
    Umpak Songo baru sekali direnovasi yang dilakukan pada masa Bupati Ratna Ani Lestari berupa pembangunan gerbang atau benteng yang membatasi situs Umpak Songo.

Ayo Nguri-Uri Peninggalan Kerajaan Blambangan 





0 komentar:

Posting Komentar